PERAYAAN HARI KEMERDEKAAN DAN FESTIVAL KARST KLAPANUNGGAL (16-17 Agustus 2023)

Upacara peringatan 17 Agustus yang cukup unik dilakukan oleh ratusan pemuda di area mulut Gua Sigugula, pergunungan kapur Klapanunggal. Upacara perayaan hari kemerdekaan Indonesia tersebut merupakan puncak acara Festival #MerdeKarst Klapanunggal yang berlangsung selama dua hari.

Digagas oleh Kelompok Pencinta Alam Gema Balantara (GEMBALA) dan didukung oleh berbagai pihak, acara ini diikuti oleh sekurangnya 350 peserta dari berbagai organisasi intra sekolah dan organisasi kampus, komunitas maupun masyarakat umum.

Bentang alam karst Klapanunggal, Kab. Bogor, dipilih sebagai lokasi berlangsungnya acara karena mempertimbangkan perlunya upaya mempromosikan semangat peduli terhadap kelestarian ekosistem karst yang tersebar luas di Indonesia.

Melalui serangkai acara selama 2 hari, diharapkan dapat tertanam dan tumbuh di hati dan kesadaran masyarakat, baik yang hadir dalam kegiatan maupun masyarakat luas yang ikut terinformasi. Peningkatkan rasa perhatian dan kepedulian tentang nilai penting ekosistem karst sebagai warisan yang berharga bagi generasi saat ini dan yang akan datang sangat perlu untuk terus menerus disebar-luaskan mengingat fungsi penting kawasan karst yang lestari bagi keberlanjutan kehidupan di bumi.

Tema yang diangkat pada perhelatan ini yaitu “Semangat MerdeKarst: Satukan Langkah, Lestarikan Warisan”. Penampilan dari teater Sungai Hitam menjadi pertunjukan yang membuka acara Festival Merdekarst. Melalui gerak dan narasi simbolik, audiens yang hadir diajak untuk ikut mengalami duka nestapa yang dialami oleh warga yang terdampak oleh industri ekstraktif di kawasan karst. Kerusakan demi kerusakan menuntut manusia untuk berpikir dan berdzikir. “Kalian tidak boleh diam.” begitu salah seorang penampil berkata lantang dan berulang-ulang seperti ingin mengajak penonton untuk mengambil sikap peduli dan beraksi.

Sebuah film dokumenter menjadi sajian berikutnya. Daya juang dan kemauan keras menjadi kata yang perlu ditulis tebal saat wacana pelestarian alam dan pemanfaatan berkelanjutan diketengahkan. Pengalaman baik yang ditampilkan dalam film merupakan buah yang sudah mulai dapat dipetik. Tentu tidak akan ada buah jika biji tidak tersemai atau pohon tidak ditanam. Melalui film dokumenter Ekowisata Rammang-Rammang para peserta ditantang untuk melakukan gerakan yang sinergis dan bersifat kolaboratif.

Acara dilanjutkan dengan talkshow menarik yang mengupas berbagai segi unik dari bentang alam dan ekosistem karst serta peralatan pendukung kegiatan penelusuran gua maupun panjat tebing. Narasumber pertama, Dr. Cahyo Rahmadi, berbagi cerita Karst dan Kehidupan. Sebagai ahli biota gua, dengan cukup menarik kekayaan karst dipaparkan dalam suasana malam yang hangat penuh keakraban. Selanjutnya Tiara E. Ardi mengangkat dinamika kawasan karst Klapanunggal yang ditinjau dalam kurun 30 tahun terakhir. Berbagai fakta mengejutkan tampil di layar dan memperoleh penjelasan yang gamblang. Terjadinya penambahan jumlah penduduk yang berkaitan dengan luasan lahan yang dibuka untuk ladang dan tambang, serta penyusutan ruang hijau yang sangat signifikan menjadi menu yang diceritakan.

Sebagai lingkungan yang unik dan rentan, gua-gua yang memiliki segala macam lekuk liku lorongnya dan keberagaman biota yang hidup di dalamnya menarik untuk didokumentasikan. Hal tersebut menjadi menu pembicaraan yang disajikan oleh Firmansyah Achick dari klub Kurang Piknik. Tip dan trik memotret di dalam gua yang diulas olehnya tentu sangat bermanfaat. Kemudian, Arya Pratama yang mewakili PT Allsport berbagi cerita mengenai pengaman-pengaman dalam olahraga di bidang vertikal, khususnya penelusuran gua dan panjat tebing.

Mengenai aktivitas panjat tebing dan khususnya keberadaan tebing-tebing di Klapanunggal disampaikan oleh Yudi Ismayudi pemanjat senior dari Jakarta yang sejak dekade 80-an sudah mulai memanjat di area panjat tebing Klapanunggal.

Selesai sesi talkshow, acara dilanjutkan dengan pertunjukan musik akustik di dalam gua bertajuk speleokustik. Tampil Amoex Prasojo dan John Safety membawakan puluhan repertoar klasik dari banyak musisi Indonesia.

Menjelang dini hari peserta mulai memasuki tendanya masing-masing untuk beristirahat dan memulihkan tenaga karena esoknya masih banyak acara yang akan digulirkan, mulai dari senam karst, upacara bendera, coaching clinic, berbagai games dan lomba khas 17-an.

Melalui kegiatan ini diharapkan akan tumbuh kesadaran dan rasa peduli pada lingkungan sekitar, khususnya Kawasan Karst. Semangat untuk turut menjaga ekosistem karst tentu diawali dengan penyebar-luasan dari fungsi dan manfaat Kawasan karst bagi kehidupan. Hanya dengan mengetahui dan mengenal maka diasumsikan dapat tumbuh rasa peduli.

Keberadaan mata air dan sungai bawah tanah yang ada di dalam kawasan karst menjadi salah satu wacana esensial yang perlu untuk dihiraukan. Mata air untuk generasi yang akan datang, bukan air mata derita. Habis karst terbitlah nestapa. Semua dimulai dari mengenal, lalu mencintai, untuk kemudian melindungi ekosistem karst. Tema tersebut dikuatkan dengan pameran foto gua dan ekosistem karst Klapanunggal yang dipasang berjajar pada dinding-dinding gua. Foto beserta captiin yang tersaji memberi gambaran jejak lintasan sejarah Klapanunggal. Beberapa repro foto lanskap karst dan perguaan di Klapanunggal dari zaman kolonial Belanda ikut tampil melengkapi narasi informasi.

Menjelang pukul 9 pagi persiapan upacara mulai terlihat di area mulut Gua Sigugula. Para peserta mulai berkumpul dan membentuk barisan-barisan. Banyak di antaranya mengenakan seragam dan atribut khas organisasinya masing-masing. Tiga orang petugas pembawa bendera sudah siap dilintasan tali. Mereka akan meniti tali tunggal setinggi 25 meter untuk menggapai bendera berukuran 12x 6 meter yang menggantung dalam posisi tergulung di puncak tebing untuk kemudian mengibarkannya.

Bendera mulai terbentang perlahan dengan iringan lagu kebangsaan yang dinyanyikan oleh seluruh peserta upacara. Di dalam pidato sambutan yang disampaikannya, Pembina upacara menggarisbawahi pentingnya semangat hari kemerdekaan Indonesia untuk mendukung upaya pelestarian lingkungan, khususnya kawasan dan ekosistem karst.

Upacara yang berlangsung khidmat selama 50 menit disambung dengan coaching clinic bertema pengenalan caving dan rock climbing dari perwakilan Rock Master dan Hikespi. Fun climbing dan penanaman bibit pohon di area sekitar Gua Sigugula menjadi mata acara pamungkas sebelum festival ditutup oleh ketua pelaksana kegiatan pada sore hari yang cerah penuh dengan gelora semangat hari kemerdekaan.

Klapanunggal, 17 Agustus 2023

Related Posts

Leave a Reply