Stenasellus Project

“Mainstreaming cave biodiversity for all stakeholders”

Gambaran Umum

Ekosistem gua merupakan salah satu ekosistem di muka bumi yang memiliki kerentanan tinggi karena memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan ekosistem di permukaan bumi. Kelangsungan ekosistem gua sangat bergantung pada keberadaan ekosistem di permukaan karena kualitas ekosistem gua berkaitan erat dengan kualitas di permukaan gua. 

Selain itu, ekosistem gua juga dikenal memiliki keanekaragaman yang unik, meskipun dari sisi kekayaan spesies dan keanekaragamannya masih lebih rendah dibandingkan ekosistem lainya. Hal ini disebabkan karena banyak faktor pembatas lingkungan gua yang tidak semua makhluk hidup mampu hidup di lingkungan gua yang gelap total tanpa sinar matahari dan minim makanan. Beberapa spesies yang mampu hidup di dalam gua telah mengalami proses evolusi yang sangat panjang. Oleh karena itu, nilai keanekaragaman hayati gua sangat tinggi ditinjau dari keunikan, kelangkaan dan endemisitas spesies-spesies yang hidup di dalamnya.  

Keunikan yang dimiliki spesies gua mengindikasikan tingkat adaptasi di lingkungan gua seperti tidak memiliki mata, orga perasa seperti antenna yang sangat panjang dan beberapa ciri lain seperti kehilangan pigmen tubuh sehingga warna tubuh menjadi putih pucat bahkan transparan. Selain itu, beberapa spesies terkadang memiliki sejarah nenek moyang yang sangat berbeda dengan yang ditemukan hidup saat ini, seperti udang purba Stenasellus yang sebelumnya dikenal hidup di laut dan di beberapa belahan bumi saat ini juga masih ditemukan hidup di perairan dengan salinitas tinggi. 

Dari sisi kelangkaan, beberapa spesies ditemukan memiliki jumlah individu yang sangat terbatas dan hidup di relung yang sangat spesifik seperti genangan air perkolasi. Beberapa spesies khas gua memiliki jumlah populasi yang sangat kecil tidak lebih dari 20 ekor. 

Selain itu, beberapa spesies khas gua memiliki tingkat sebaran yang sangat terbatas, atau memiliki endemisitas tinggi. Beberapa spesies gua bahkan ditemukan hanya di dalam satu gua dan di relung yang sangat spesifik. 

Kondisi inilah yang menyebabkan perlunya perhatian segenap pihak untuk mulai menengok keanekargaman hayati gua sebagai bagian kekayaan hayati yang tidak kalah “enigmatic” dan “karismatik” sebagai suatu aset bangsa.

Apa itu Stenasellus

Stenasellus ada salah satu kelompok anggota Krustase dari kelompok Isopoda yang termasuk golongan primitif dan nenek moyangnya hingga saat ini masih ada yang hidup di perairan air asin. Namun, beberapa spesies khas gua, telah mengalami adaptasi yang cukup ekstrim hidup di air tawar. 

Stenasellus javanicus merupakan kelompok Isopoda khas gua yang pertama kali ditemukan di Jawa. Fauna yang berwarna merah jambu ini hanya ditemukan di Gua Cikarae dan hidup spesifik di kolam kecil yang berisi air perkolasi.

Fauna yang sangat endemik karena hingga saat ini hanya ditemukan di Gua Cikarae ini mempunyai populasi yang sangat kecil. Dalam satu temuan hanya ditemukan tujuh individu sehingga sangat rentan dari gangguan yang mengancam KEPUNAHAN.

Klasifikasi

Filum        : Arthropoda 

Sub Filum    : Crustacea

Kelas        : Malacostraca

Ordo        : Isopoda

Sub Ordo    : Asellota

Famili        : Stenasellidae

Genus        : Stenasellus 

Spesies    : 

    1. Stenasellus javanicus Magniez & Rahmadi, 2006
    2. Stenasellus sp.1 (Sukabumi)
    3. Stenasellus sp.2 (Gunung Walat)
    4. Stenasellus sp.3 (Ciampea)
    5. Stenasellus sp.4 (Muller, Kalimantan Tengah)
    6. Stenasellus stocki Magniez, 2001 (Sumatera Barat)
    7. Stenasellus forsteri  Magniez, 2012 (Sumatera)
    8. Stenasellus strinatii (Ngalau Baso, Sumatera Barat)
    9. Stenasellus monodi Magniez, 2000 (Sumatera)
    10. Stenasellus covillae Magniez, 1987(Aceh Besar)

 

Mengapa

Stenasellus merupakan kelompok udang purba yang memiliki kemampuan sebaran yang sangat terbatas. Kondisi lingkungan tempat hidupnya yang hanya bergantung di kolam-kolam air perkolasi menyebabkan mereka rentan terhadap ancaman gangguan baik dari luar gua maupun dari dalam gua akibat aktifitas manusia. 

Sebaran Stenasellus yang saat ini hanya ditemukan di beberapa daerah Jawa, memerlukan perhatian serius untuk mengidentifikasi potensi-potensi ancaman keberadaannya di dalam gua. Selain itu, keberadaan populasi di setiap gua sebagai bentuk respon terhadap kondisi lingkungan juga perlu diketahuai.

Sejarah

Di Jawa, Stenasellus pertama kali ditemukan pada tahun 2004 di Gua Cikarae di Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor oleh Cahyo Rahmadi bersama dengan tim dari Lawalata IPB ketika survai untuk kegiatan Scientific Karst Exploration. Pertama kali, Stenasellus ditemukan di genangan kecil sebanyak dua ekor yaitu jantan dan betina. Pada tahun 2006, Stenasellus dari Jawa untuk pertama kali dikenalkan oleh Guy Magniez (RIP) dan Cahyo Rahmadi di jurnal yang terbit di Perancis. Setelah itu, di Gua Cikarae ditemukan di lokasi berbeda dari pertama kali ditemukaan. Jumlah populasi setiap kali ditemukan berkisar antara 7-10 individu. 

Seiring semakin intensifnya kegiatan eksplorasi keanekaragaman hayati gua, beberapa catatan baru yaitu di Gua Buniayu (Sukabumi) oleh Cahyo Rahmadi. Kemudian pada tahun 2015 ditemukan juga di Gua Ta’i masih di seputaran Gua Buniayu. Di luar itu, pada tahun 2016 ditemukan juga di salah satu gua di Gunung Walat oleh anggota Rimpala IPB. Kemudian pada tahun 2018, untuk pertama kali juga ditemukan di Gua Sigeulis di Ciampea. 

Gambar 1. Sebaran Stenasellus di beberapa kawasan karst di Jawa Barat.

Tujuan 

Stenasellus Project mempunyai tujuan besar yaitu “mainstreaming cave biodiversity for all stakeholders” dimana dari tujuan besar itu memiliki tujuan antara yaitu:

  1. Memasyarakatkan pentingnya perhatian terhadap keanekaragaman hayati gua.
  2. Mengetahui kondisi populasi dan sebaran Stenasellus di kawasan karst di Jawa an Indonesia pada umumnya.
  3. Mengidentifikasi potensi ancaman-ancaman yang akan berdampak langsung terhadap keberadaan Stenasellus.
  4. Mempelajari kondisi lingkungan gua dari aspek fisik biotik sebagai habitat berbagai spesies gua. 
  5. Menyebarluaskan informasi terkait aspek-aspek pengelolaan gua yang berkelanjutan.
  6. Mengembangkan kapasitas sumberdaya manusia untuk terlibat dalam pengelolaan gua yang berbasis pada keanekaragaman hayati.

Siapa

Stenasellus Project merupakan inisiasi Indonesian Speleological Society dan kerja bersama dengan banyak pihak seperti Latgab Caving Jabodetabek, Linggih Alam, Palikar dan beberapa organisasi pecinta alam di seluruh Indonesia. Kegiatan ini merupakan kegiatan nirlaba dan voluntary untuk mencapai tujuan besarnya. 

Dimana

Sebagai inisiasi kegiatan pemantauan populasi Stenasellus dan lingkungan guanya diawali di Gua Cikarae di Desa Leuwi Karet, Kecamatan Klapanunggal, kabupaten Bogor.

Lokasi berikutnya akan menyusul di lokasi-lokasi lain dimana Stenasellus berada. 

Gambar 2. Sebaran temuan Stenasellus di Karst Klapanunggal, Bogor.

Kapan

Kegiatan pemantauan Stenasellus dan kegiatan penyebarluasan informasi akan berlangsung selama dianggap perlu kegiatan ini tetap berlangsung. Kegiatan sudah diawali sejak Januari 2018 dan Februari 2018. 

Keanekaragaman Hayati gua

Gua Cikarae

Gua Cikarae merupakan habitat berbagai spesies fauna gua yang perlu mendapatkan perlindungan untuk memastikan kelestarian dan mencegah kepunahan”

Sebagai habitat, Gua Cikarae merupakan tempat hidup sedikitnya tiga spesies kelelawar pemakan serangga dan puluhan spesies arthropoda dari jangkrik gua, kalacemeti, udang gua sampai kaki seribu berukuran kecil

Beberapa spesies diantaranya merupakan spesies endemik seperti Udang Stenasellus javanicus dan kalacemeti dammerman, Stygophrynus dammermani

Kalacemeti Dammerman merupakan kalacemeti yang pertama kali dikenalkan oleh Roewer pada tahun 1928. Koleksi tipe yang digunakan sebagai acuan berasal dari Goeha Koeda (Gua Kuda) di Loeloet (Lulut) dan Goeha Gadjah.

Kalacemeti ini endemik Jawa tersebar dari Jawa Barat sampai Jawa Tengah. Spesies ini ditemukan di Gua Cikarae, Gua Cikenceng dan Gua Garunggang.

Gua Cikarae adalah gua yang banyak dikunjungi oleh para penelusur gua dari berbagai latar belakang seperti pecinta alam sampai masyarakat umum yang tidak banyak mengenal seluk beluk gua.

Kunjungan ke dalam gua yang cukup intensif ini menyebabkan ancaman yang serius terhadapa kelestarian yang ada di dalamnya. Banyak pengunjung gua yang tidak memahami pentingnya menjaga ekosistem gua dengan berpegang teguh pada kode etik penelusur gua.

Kondisi ini menyebabkan perlu dipikirkan langkah strategis bagaimana melindungi Gua Cikarae sebagai aset untuk kegiatan ilmiah seperti penelitian dan pendidikan.

Perlu memberikan pemahaman betapa pentingnya Gua Cikarae sebagai habitat udang kecil Stenasellus javanicus yang sangat langka.

Lingkungan di sekitar gua yang merupakan tempat pemukiman juga perlu mendapatkan perhatian agar habitat di sekitar gua tetap terjaga kealamiannya dan mendukung kelangsungan berbagai spesies yang hidup di dalamnya.

Laporan-Laporan

  1. Januari 2018
  2. Februari 2018