Ringkasan Acara SpeleoTalks Hasil Survei dan Pemetaan Kawasan Karst dan Gua

Resume oleh Mirza Ahmad H.

Minggu, 14 Juni 2020, berlangsung acara SpeleoTalks #5 – Hasil Survei dan Pemetaan Kawasan Karst dan Gua. Acara ini berlangsung sejak pukul 10.00 — 11.30 WIB. Tiga orang narasumber yang membagi pengalamannya dalam SpeleoTalks #5 ini adalah Mas Agra (Mapa Gunadarma), Mas Dion Galuh (ISS/Impala UB), dan Mbak Dwi Fitriani (MPA Jonggring Salaka UNM). Dimoderatori oleh Mbak Tiara (Lawalata IPB/ISS), acara berlangsung lancar sejak awal sampai penutupan.

Kesempatan pertama diberikan kepada Mas Agra (MAPA Gunadarma). Ia menceritakan proses kegiatan “Cave Exploration: Cave Mapping for life Under the Mysterious of Sodong Karst” yang diadakan oleh MAPA Gunadarma pada 2017 dalam rangka merayakan ulang tahun yang ke-30. Lokasi kegiatan berada di Karst Sodong, Desa Ligarmukti, Kab. Bogor, Jawa Barat. Digambarkan secara ringkas oleh Mas Agra bahwa bentang alam karst di Sodong terlihat dalam wujud perbukitan, mata air, dan sungai. Hamparan sawah-sawah dan kebun lahan mata pencaharian warga berdampingan dengan area pertambangan batu kapur yang masif di sebelahnya. Mulanya, Mas Agra menyampaikan, tim ekspedisi MAPA Gunadarma sempat beberapa kali, bersama kawan-kawan Latgab Caving Jabodetabeka, mengunjungi lokasi tersebut. Melalui kunjungan itulah diketahui kemudian bahwa masih kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar mengenai karst dan gua secara saintifik. 

Kegiatan ini berisi penjelajahan eksokarst dan endokarst, penyuluhan bagi warga, dan bakti sosial. Sejumlah 30 gua dieksplorasi dan dipetakan. Tim juga mendapat dukungan dari ISS. Fokus area kegiatan berada di dalam empat kampung, yaitu kampung Cipancur, Sodong, Cihanjuang, dan Cibunut. Adapun persiapan yang dilakukan memakan waktu dua bulan (di dalamnya terdapat latihan fisik dan teknik serta survei). Hal menarik pada tahapan pra-eksplorasi  maupun tahap operasi adalah dilakukannya survei sebanyak enak kali dan tahap operasi lapangan dibagi ke dalam empat termin. Termin pertama memperoleh enam gua, termin kedua enam gua, termin ketiga delapan gua, dan sepuluh gua pada termin terakhir. Adapun karakter gua yang didata hanya enam gua yang berkarakter gua horizontal, sedangkan sisanya merupakan gua vertikal. 

Eksplorasi tersebut berlangsung pada bulan Agustus s.d. Oktober. Ada sebuah gua yang lokasinya di luar Desa Ligarmukti, tetapi masuk ke Jonggol. Tim eksplorasi banyak mendapat bantuan dari warga dalam upaya menemukan lokasi gua bahkan dalam gurauan tim kerap menyebut teknik tersebut sebagai GPS yang bukan berarti global positioning system melainkan Gunakan Penduduk Setempat dalam artian menonjolkan partisipasi warga karena bagaimanapun wargalah yang paling tahu hal ihwal terkait wilayah mereka dan segala isinya. Mas Imron Impala UB dan Mas Jhon Wapeala Undip, disebut oleh Mas Agra, turut secara khusus membantu dalam tahap pengolahan data pemetaan dan digitalisasi. 

Beberapa catatan akhir dari Mas Agra: tim berhasil menjalankan rencana yang disusun, sebagian besar gua di bawah memilki panjang lorong tidak lebih dari 200 m, permasalahan sinyal seluler menjadi kendala, dan perlu dilakukan pendataan dan pemetaan lanjutan untuk gua-gua di Karst Sodong, di sekitar Klapanungal sampai ke wilayah Jonggol. Selain itu diulas pula mengenai Gua Cipancur yang  keberadaannya istimewa bagi warga, terutama menyangkut air yang keluar dari dalamnya.    

Narasumber kedua yang menyampaikan materinya yaitu Mas Dion Galuh (Impala UB/ISS). Mas Dion menceritakan pengalamannya melakukan pendataan dan pemetaan di kompleks Gua Ngerit, Desa Senden (di sekitar Kali Surupan), Kampak, Karst Trenggalek, Jawa Timur. Kegiatan tersebut didukung pula oleh berbagai pihak, antara lain Lawalata.

Pendataan dan pemetaan adalah langkah awal karena data gua dan petanya adalah kebutuhan dasar bagi penelitian selanjutnya. Ekosistem: gamping, biota, hewan kelelawar (10 km). Eksokarst juga mempengaruhi. Ada rumor akan dilakukannya perubahan RTRW. Pada lokasi kegiatan terdapat dua formasi; yaitu formasi Campurdarat (habrul dan batu lempung berkarbon, menyerupai marmer dan keras sekali) dan formasi Wonosari (gamping terumbu). Ngerit berada di wilayah formasi Campurdarat. Lokasinya juga telah dijadikan sebagai tujuan wisata. Di sana terdapat cerita rakyat—legenda Putri Ngerit yang hidup di dalam tradisi lisan warga. Total gua yang berhasil didata sebanyak 52 gua dan 22 mata air. 

Langkah kerja tim dimulai dengan mengintepretasi peta geologi sebagai dasar pengetahuan. Selain itu tim juga memperoleh informasi dari rekan-rekan Trenggalek. Pada gamping dan di area sesar lebih potensial terbentuk gua. Hasil eksplorasi dan pemetaan selanjutnya disusun menjadi satu informasi terpadu. 

Penampakan eksokarst berbentuk menara-menara karst, menyerupai taman batu, jembatan alami (natural bridge), adanya sungai hilang (ponor), ngarai, dan dolina. Beberapa gua yang didata 6 ponor, 3 mata air, mulut di permukaan. Semua terhubung dengan sungai bawah tanah. Pemetaan: 5B BCRA—menggunakan alat ukur magnetis. Data diolah dengan survex dan inkscape (gambar dua dimensi). Sejumlah 6 gua terpetakan (ada yang sampai 400 m, ada pula yang hanya 40 m). Gua Agung dan Gua Kubah. Faunanya kelelawar. Berisiko banjir dan saat itu tim menemukan sampah. Penggambaran legenda gua pada peta merujuk pada IUS. Gua berada di tepian sungai permukaan (perennial) dan diakhiri dengan sump. Ada mata air di celah gua. Panjang lorong 170-an dan berkedalaman 8, 25. Gua ini dijadikan tujuan wisata dengan beberapa pembatasan. Gua Surupan berwujud vertikal dua tingkat, 17, 5 m. memerlukan keterampilan SRT.

Gua Kedung Grombyang. Gua ini merupakan gua dengan mata air yang ke luar permukaan, air dari dalamnya dimanfaatkan oleh warga, panjang lorong 417 m—belum selesai didata dan dipetakan karena ada bagian lorong yang terlalu sempit dan agak pengap. Gua Krongsong, panjang gua mencapai 100 m dan diakhiri oleh sump (lorong gua dipenuhi oleh air). Gua ini berisiko banjir. Di lantai gua banyak ditemukan batuan breksi atau jenis-jenis dari gunung berapi.  Temuan lain berada di Gua Sriti: ada keunikan lorong berlabirin, dan cerita Putri Ngerit (folklor). Sayang sekali terdapat gambar corat-coret vandalisme di dalamnya. Pendataan lebih lanjut masih diperlukan karena masih luas area yang belum didata dan diteliti. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya, perlu adanya upaya-upaya perlindungan dan perawatan berkelanjutan terhadap mata air.

Penyaji ketiga yaitu Mbak Dwi Fitrianti dari MPA Jonggring Salaka, Univ. Negeri Malang. Mbak Dwi bercerita tentang kegiatan Eksplorasi Kaw Karst Sendang Biru, Kab Malang Selatan, MPA Jonggring Salaka yang berlangsung (total) selama 8 bulan. Dari kegiatan tersebut diperoleh berbagai hal menarik yang kemudian dituangkan dalam buku berjudul Eksplorasi Kaw Karst Sendang Biru, Kab Malang Selatan (2018).

Kegiatan yang berlangsung pada tahun 2018  ini, sebagaimana disebutkan oleh Mbak Dwi, memakan waktu (total) 8 bulan. Selama 2 bulan melakukan persiapan dan 6 bulan untuk pendataan. Latar belakang diadakannya kegiatan ini antara lain melihat potensi karst Malang yang begitu besar tetapi masih sedikit informasi mengenainya, selain itu juga kenyataan bahwa masyarakat sekitar cukup erat berinteraksi dengan Sendang Biru, tetapi masih minim informasi dan pengetahuan atasnya. MPA Jonggring Salaka menilai perlu dilakukan pendataan, dan kemudian rencana itu dijadikan program kerja pengurus secara berkelanjutan. 

Perencanaan, dikumpulkan data dari banyak pihak, antara lain Impala UB dan penelitian yang relevan serta survei lapangan. Ada 2 tim: ada yang berfokus menemukan titik lokasi gua, dan tim kedua fokus menelusuri dan pemetaan gua. 

Terdata 34 gua dan 22 gua di antaranya terpetakan oleh tim Jonggring Salaka. Belum terpetakannya beberapa gua berhubungan dengan ketersediaan waktu kegiatan yang terbatas. Umumnya gua-gua vertikal yang ada berkedalaman tidak lebih dari 11 m. Adapun peta digambar dalam grade 5B BCRA. Langkah kerja tim pemetaan dimulai dengan pengambilan data, membuat sketsa, dan lalu diolah saat tim masih berada di lapangan (menggunakan survex dan ArcGIS). Tim eksplorasi berkegiatan secara bergantian, semua anggota MPA Jonggring Salaka diperkenankan terlibat dalam eksplorasi setelah terlebih dahulu menjalani pelatihan khusus terutama bagi anggota di luar divisi caving. Terdapatnya nama surveyor berbeda-beda pada peta berhubungan dengan banyaknya personal yang terlibat di dalamnya. Secara keseluruhan, menurut pemaparan Mbak Dwi, gua-gua yang terdata menarik sekali jika dilihat dari speleomorfologi. 

Setelah eksplorasi selesai dilaksanakan dapat disebutkan bahwa tim relative sedikit menemukan lorong yang memilki lubang tembus. Tim eksplorasi mendata 36 mata air yang sebagian airnya sudah dimanfaatkan oleh warga dan berwujud mata air permanen. Selain itu, mirisnya, ada pula gua-gua yang termanfaatkan sebagai saluran pembuangan limbah. Selanjutnya tim eksplorasi tertarik untuk melihat hubungan antar-sungai bawah tanah. Sistem sungai bawah tanah dilihat dari peta dan kemudian dilakukanlah pelacakan aliran air menggunakan fluorescent (cairan berfosfor) yang didapatkan dari teman-teman di UGM Jogja. Hasil uji tersebut masih belum maksimal sehingga belum dapat ditentukan dan dibuktikan hubungan satu dengan yang lainnya. 

Tim mempresentasikan hasil kegiatan kepada warga. Rencana tindak lanjut, tim akan terus mengedukasi warga terkait karst. Pemenuhan air juga akan difokuskan pada beberapa gua, misalnya Gua Mbah Wajib (limbah masyarakat, menumpuk banyak sampah di mulut gua) padahal di sana terdapat sungai bawah tanah dan lokasinya dekat permukiman, Gua Emas, Gua Kedung Pituh, Gua Limbah (usaha perikanan milik warga mencemari gua), Gua Krompyang.

Banyak hal menarik dari paparan narasumber sehingga memancing pertanyaan-pertanyaan baik yang disampaikan secara tertulis yang dimoderasi oleh Mbak Tiara maupun secara “langsung”. Di antaranya berkisar seputar pengaruh pertambangan terhadap kelestarian gua dan ekosistem karst, temuan Stenasellus di Semak Sengon, kendala-kendala yang dialami oleh semua tim dalam berkegiatan, bermacam ornamen gua, perizinan sebelum kegiatan, manajemen data dan informasi, pelacakan sungai bawah tanah, metode pemetaan, dan lain sebagainya. Perbincangan dan tanya jawab mungkin masih akan terus berlangsung gayeng dan lebih lama lagi, mungkin akan lebih banyak lagi pertanyaan terkait dengan—atau terinspirasi oleh—pemaparan ketiga narasumber jika Mbak Tiara tidak berusaha konsisten dengan waktu yang telah dicadangkan oleh panitia.

Dan terakhir, Mas Imron, sebelum menutup acara, kembali mengumumkan bahwa tersedia give away dari Katamata Coffee & Roastery berupa 2 blend kopi bagi 2 peserta yang postingannya di media sosial, terkait acara SpeleoTalks ini, terpilih oleh panitia.

Materi narasumber:

  1. Cave Exploration Karst Sodong, Kab. Bogor
  2. Pendataan dan Pemetaan Gua Kawasan Wisata Gua Ngerit, Kab. Trenggalek
  3. Eksplorasi Kawasan Karst Sendang Biru, Kab. Malang

Dokumentasi acara

Related Posts

Leave a Reply