Rembug Kendeng untuk Indonesia #1: Menjaga Kedaulatan Pangan Nusantara

“Pembangunan yang harus memperbesar resiko bencana”, mungkin istilah yang tepat untuk menggambarkan bagaimana konsep pembangunan saat ini hanya berorientasi pada akumulasi kapital dan jaminan keamanan modal. Kasus rencana pembangunan pabrik semen di pegunungan Kendeng Utara menunjukkan bagaimana kuatnya keinginan investor tambang untuk sesegera mungkin mengamankan wilayah potensi tambang untuk cadangan kebutuhan produksi. Rencana besar pembangunan yang dikerangkai dalam Master Plant Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) menjadi rantai panjang lahirnya industri pertambangan baru di Jawa, pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia. Potensi krisis ekologis dalam konsep pembangunan, tak mampu dibendung oleh regulasi yang dikeluarkan oleh Negara seperti UU Rencana Tata Ruang dan UU Lingkungan Hidup. Dengan dalil menaikkan Pendapatan Asli Daerah dan pemerataan pembangunan, wilayah-wilayah yang sebelumnya diperuntukkan sebagai kawasan konsevasi dan pertanian, diubah oleh pemerintah daerah menjadi kawasan pertambangan. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pati menunjukkan bagaimana perubahan ini dijalankan tanpa melalui mekanisme dialog dan kajian ilmiah yang dapat dipertanggunjawabkan. Ide kemajuan yang dapat dicapai dalam waktu singkat dengan mendirikan sebanyak mungkin proyek mercu suar industri ekstratif menjadi pola yang umum dikembangkan oleh banyak pemerintah daerah. Tercatat 8 pabrik semen yang merencanakan mendirikan pabrik di wilayah Jawa Tengah, hal yang ironis bagi daerah yang dikenal sebagai lumbung pangan Nusantara. Harapan akan sebuah tatanan pembangunan yang lebih manusiawi datang seiring lahirnya sikap kritis warga yang akan menjadi korban proyek pembangunan pabrik semen di Pegunungan Kendeng Utara.

Sejak dibentuk pada tahun 2008 di Pati, Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JM-PPK) terus melakukan rangkaian kegiatan untuk menolak kehadiran pabrik semen di wilayahnya. Tak terhitung aksi masa dan audensi yang dijalanan untuk mendesak pejabat publik untuk berpihak kepada kepentingan alam dan petani. Juga berbagai jalur media yang digunakan untuk menyuarakan bahwa kelestarian alam akan lebih menguntungkan untuk pembangunan jangka panjang sebuah daerah. Namun, lagi-lagi usaha ini dimentahkan oleh kepentingan jangka pendek elite politik. Mengetahui bahwa ide pembangunan yang dijalankan selama ini adalah pembangunan yang hanya mengejar akumulasi modal tanpa memperhatikan keselamatan alam dalam jangka panjang.

JM-PPK bersama akademisi dan pegiat lingkungan membentuk forum tata ruang yang akan merumuskan blue print pembangunan alternatif kawasan Kendeng Utara. Dalam beberapa pertemuan yang berlangsung pada tahun 2012, forum ini telah merintis roadmap untuk memberikan sebuah tawaran kepada pemerintah propinsi Jawa Tengah tentang bagaimana pengelolaan sumber daya alam harus dijalankan tanpa harus mengorbankan kepentingan alam. Sudah saatnya keterpinggiran kaum tani sebagai bagian penting dari berdirinya republik ini harus diakhiri. Menuju sebuah tatanan pembangunan yang lebih berorientasi pada rasa keadilan, melestarikan alam dan kemanusiaan. Model-model pembangunan yang mengedepankan industri yang memakan korban kelestarian alam harus dihindari dengan mengedepankan konsep pembangunan yang lebih berperspektif lingkungan. Untuk itu dalam pertemuan “Rembug Kendeng untuk Indonesia #1” ini akan dibahas strategi mengenai gerakan penyelamatan Kendeng Utara ke depan dengan melibatkan berbagai potensi jaringan yang selama ini terlibat demi kedaulatan pangan Nusantara.

Rembug Kendeng sedianya akan dilaksanakan pada Jumat, 3 Oktober 2014 di Omah Sonokeling, Desa Gadudero, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati (sebelah timur SPBU Sukolilo). Narasumber yang akan hadir diantaranya Amrih Widodo, Eko Teguh Paripurno, Sunu Widjanarko, Soeryo Adi Wibowo, Sudharto P. Hadi, Eko Haryono, Daniel D. Kameo, Bondan Gunawan, Hendro Sangkoyo, Subarkah, dll.

JADWAL
REMBUG KENDENG UNTUK INDONESIA: MENJAGA KEDAULATAN PANGAN NUSANTARA

 

TanggalJamAcara
3 Oktober 201409.30 – 10.00Pembukaan (Gunretno )
10.00 – 11.30Sarasehan Budaya I.

Peran penting kearifan lokal untuk Indonesia (Amrih Widodo)

Pembangunan yang membawa bencana (Eko Teguh Paripurno)

Perubahan KBAK Sukolilo dan CAT Rembang. (Sunu Widjanarko)
12.00 – 13.00Ishoma
13.00 – 14.30Sarasehan Budaya II

Tanggapan AMDAL pabrik semen Pati dan Rembang (Soeryo Adi Wibowo)

Tata Ruang Wilayah sebagai pendukung kedaulatan pangan Nusantara (Sudharto P. Hadi)

Konservasi gua, air, dan lahan untuk kedaulatan pangan Nusantara. ( Eko Haryono)

Pembangunan ekonomi Jateng berdasarkan Hasil Riset Daerah (Daniel D. Kameo)
14.30 – 17.00Sarasehan Budaya III

Pentingnya Kendeng untuk kedaulatan Nusantara (Bondan Gunawan)

Pembangunan Ekonomi Global (Hendro Sangkoyo)

Fungsi Pegunungan Kendeng ( Subarkah )

Sosial budaya (Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat )

Paparan bersama hasil sarasehan budaya

Pentas Sahita
17.00 - 19.00Ishoma
19.00 – 20.30Brokohan gunung:

Lamporan Petani Pegunungan Kendeng

Padhepokan Lemah Putih Karanganyar

Teater Ruang
20.00 – selesaiDiskusi Umum (Bondan Gunawan)

Sekretariat: Omah Kendeng, Dk. Ledok. Ds. Sukolilo, Kec. Sukolilo. Alamat surel: jm_ppk@yahoo.com

Related Posts

Leave a Reply