Alam Kutai Timur tidak bisa dipungkiri merupakan salah satu alam di Indonesia yang menyimpan kekayaan yang luar biasa. Salah satunya adalah Karst Sangkulirang-Mangkalihat yang melegenda dari menghulu pedalaman Kutai bagian Utara sampai menghilir pesisir Kutai di Selatan dan Timur pulau Borneo. Sebagai anak bangsa dan putra Indonesia yang berbudaya dan bertanggung jawab kita memiliki kewajiban untuk menjaga dan melestarikannya. Dalam niat besar untuk menjaga dan melestarikan Karst Sangkulirang-Mangkalihat maka kita harus mengenalinya terlebih dahulu, ini dapat kita wujudkan dengan cara memperbanyak jelajah karst itu sendiri.
Penelusuran pegunungan batuan dan goa adalah salah satu bentuk penjelajahan alam bebas yang merupakan pintu awal bagi kita semua agar tumbuh kesadaran menjaga kelestarian karst setelah lebih dulu mengenalinya. Untuk itulah kemudian Forum Peduli Karst Kutai Timur melakukan Ekspedisi Karst Mangkuris 2016 sebagai salah satu wujud mengenali alam dan Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Karst Mangkuris terletak pada pegunungan Mangkuris yang berada pada administrasi desa Batu Lepoq Kecamatan Karangan Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Pegunungan Mangkuris berada di kaki sebelah selatan pegunungan Tabalar, sebelah utara pegunungan Nyapa dan ± 25 Km di sebelah timur laut Pegunungan Beriun. Di sebelah timur terdapat dataran landai dan berakhir pada pantai yang berbatasan langsung dengan selat Makassar.
Ekspedisi Karst Mangkuris 2016 oleh Forum Peduli Karst Kutai Timur (FPKKT) dilaksanakan cukup singkat selama 2 hari terhitung dari keberangkatan hingga kepulangan rombongan di Sangatta. Cukup singkat dikarenakan ekspedisi ini bukan merupakan dalam rangka survey detail tetapi merupakan ekspedisi FPKKT dalam rangka pengenalan wilayah Karst anggota dan pengurus FPKKT serta merupakan identifikasi visual permukaan yang ada pada sebagian goa/liang pada karst Mangkuris. Karst Mangkuris dipilih karena mudah diakses dan belum ada pengelolaan pada Karst Mangkuris.
Hasil identifikasi awal Karst Mangkuris pada dua goa atau lobang istilah masyarakat Batu Lepoq yaitu Goa Haji dan Goa Tapak Tangan ditemukan berbagai data yang nantinya dapat menjadi pintu masuk untuk penelitian yang lebih detail oleh para ahli di bidangnya. Misalnya pada Goa Haji ditemukan beberapa gerabah, flora seperti kelelawar, kalajengking, wallet, jangkrik, kecoa, laba-laba, undur-undur dan di dalam goanya tidak terdapat flora apalagi pepohonan besar. Goa Haji memiliki panjang goa sekitar 40 meter dan di ujung lain dari goa Haji ditemukan 2 mulut goa lain. Sedangkan Di Goa Tapak Tangan ditemukan columndi setinggi 12 meter dan dapat dilihat dari mulut gua. Dari mulut gua pada jarak 26 meter terdapat kumpulan rock art berbentuk tangan manusia, dan 6 meter dari mulut gua terdapat gambar tangan dan binatang. Di dalam Goa Tapak Tangan tedapat tiga cabang lorong yang semuanya buntu. Di dalam goa terdapat banyak pecahan-pecahan gerabah, tulang serta gambar-gambar menyerupai tangan, manusia, rusa, monyet, babi rusa serta pohon madu. Di dekat mulut goa terdapat sisa-sisa kontruksi kayu yang menurut penjaga goa (pak Minggu, Tokoh Adat Dayak Basap Batu lepoq) itu merupakan bekas peti mati yang digunakan oleh orang dahulu yang dikenal dengan nama Lungun. Goa Tapak Tangan sangat menarik karena ada peninggalan bersejarah didalamnya dan berpotensi menjadi Goa Wisata dan Situs Arkeologi.
Demikian catatan singkat saya terkait hasil Ekspedisi Karst Mangkuris 2016 FPKKT, laporan detailnya akan disusun oleh Bidang Ekspedisi dan Kampanye. Semoga ekspedisi karst oleh Forum Peduli Karst Kutai Timur ini walaupun singkat dapat bermanfaat besar untuk kelanjutan pengelolaan Karst Sangkulirang-Mangkalihat kedepannya. Ada beberapa saran yang ingin saya sampaikan terkait hal-hal yang Forum temui saat ekspedisi kemarin, antara lain :
- Agar pengunjung/warga tidak merusak statlaktit dan stalakmit yang ada dalam goa, tidak membuang sampah sembarangan seperti sampah anorganik atau organik agar kelestarian goa tetap terjaga.
- Agar ada pengelolaan/pengembangan wilayah Karst Mangkuris menjadi objek wisata/ekowisata oleh Pemerintah dan Manajemen HTI Sumalindo selaku pemegang ijin HTI di wilayah Mangkuris dengan mengedepankan partisipasi masyarakat adat Batu Lepoq sebagai pengelola. Karst mangkuris memiliki nilai petualangan, nilai edukatif serta arkeologis sehingga harus segera dikelola dan dijaga. Akses dan fasilitas menuju dan sekitar goa agar sekiranya diperbaiki agar memudahkan pengunjung.
- Agar kawasan Karst Mangkuris dilindungi dalam Rencana Tata Ruang Wilayah agar terhindar dari eksploitasi dan perubahan fungsi karena jika tidak terlindungi dan terjaga maka akan berdampak buruk pada lingkungan goa terutama terkait eksosistem, budaya pra sejarah, air tanah dan sungai Mangkuris.
Kami atas nama Forum Peduli Karst Kutai Timur mengucapkan terimakasih atas perhatian semua kawan-kawan hingga terlaksananya ekspedisi ini dan kembali dengan selamat ke rumah dan keluarga masing-masing. Kami berharap catatan atau dokumnetasi apa saja dari ekspedisi ini dapat memberikan informasi baru kepada pembacanya dan dapat meningkatkan kecintaan jiwa dan pikirannya pada Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Karst Sangkulirang- Mangkalihat untuk Kita dan Dunia.
Irwan, S.IP, MP (Ketua Forum Peduli Karst Kutai Timur)