Bercengkrama Dengan Kota Resik Tasikmalaya

Biospeleologi dan Peran Biota Gua
Pada Rabu 1 November 2017, Indonesian Speleological Society yang diwakili oleh Presiden Indonesian Speleological Society, yaitu Dr.Cahyo Rahmadi, diundang oleh Caves Society & Guntapala untuk berbagi ilmu mengenai Biospeleologi di Sekolah Tinggi Hukum Galunggung, Tasikmalaya. Acara yang berlangsung pada malam hari itu dibuka oleh penampilan menawan dari Asta Mekar yang membawakan lagu-lagu khas sunda dengan iringan musik angklung. Acara ini berlangsung dari pukul 20.00 hingga 22.00 WIB dan dihadiri oleh para pegiat speleologi, pecinta alam, dan organisasi lainnya di Tasikmalaya dan sekitarnya.

Pameran jenis-jenis batuan gamping dan batuan lain yang terdapat di gua (Dok: TEA)

Dr.Cahyo Rahmadi pada kesempatan ini mengenalkan tentang Biospeleologi, yaitu cabang ilmu speleologi yang memelajari biota khas gua beserta lingkungannya sebagai satu kesatuan ekosistem yang utuh. Beliau menjelaskan pentingnya keberadaan biota gua dalam peranannya di dalam ekosistem gua dan luar gua maupun peranannya sebagai plasma nutfah penting bagi kekayaan keanekaragaman hayati di dunia. Gua sebagai salah satu fitur dalam ekosistem karst tidak hanya memiliki peran penting bagi ekosistem karst-nya saja, tetapi juga bisa menjangkau wilayah yang letaknya jauh dari ekosistem karst tersebut. Sebagai contoh, kelelawar. Sebagai salah satu ‘penghuni gua’, kelelawar memiliki peran penting dalam membantu mengendalikan hama, menyebar biji tanaman dan juga sebagai penyerbuk, dimana jangkauan wilayah jelajahnya bahkan dapat mencapai jarak 41 km dari habitatnya.

Bukan Sekedar Biospeleologi
Tidak hanya Biospeleologi, pada kesempatan ini Presiden dari Indonesian Speleological Society juga menekankan tentang pentingnya data dan informasi per-gua-an di Indonesia, serta kolaborasi antar komunitas, organisasi, dan pegiat speleologi lainnya dalam hal berbagi data. Pemilikan data dan informasi mengenai gua-gua di Indonesia yang selama ini masih banyak disimpan oleh masing-masing pribadi organisasi yang tersebar di Indonesia dan tidak dipublikasikan kepada umum, merupakan salah satu penyebab terjadinya pengulangan yang terus-menerus terhadap pengambilan data yang sama di lokasi yang sama. Pengulangan ini bisa dikatakan merupakan salah satu penyebab lambatnya kemajuan data dan informasi mengenai gua-gua di Indonesia yang seringkali dibutuhkan untuk melakukan advokasi pada Kawasan Karst.

Penampilan musik angklung Asta Mekar (Dok: TEA dan RN)

 

Pemaparan oleh Presiden ISS di Sekolah Tinggi Hukum Galunggung (Dok: TEA dan RN)

Acara yang dihadiri oleh lebih dari 200 peserta ini ditutup dengan diskusi dan berbagi pendapat serta harapannya mengenai Tasikmalaya, terutama Kawasan Karst Tasikmalaya.

Berbagi Ilmu di Fakultas Geografi Universitas Siliwangi

Pemaparan biospeleologi kepada mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Siliwangi oleh Presiden ISS (Dok: TEA)

Selain STHG Tasikmalaya, Presiden Indonesian Speleological Society juga berbagi tentang Biospeleologi di Fakultas Geografi Universitas Siliwangi pada Kamis 2 November 2017. Pada kesempatan kali ini, peserta berasal dari mahasiswa tingkat pertama di Fakultas Geografi Universitas Siliwangi. Para peserta kali ini sangat antusias dengan pemaparan Dr.Cahyo Rahmadi mengenai pentingnya teori biogeografi dalam ilmu biospeleologi. Tidak hanya biospeleologi, beberapa peserta juga tertarik dengan wisata gua dan juga teori perkembangan gua karst. Acara yang dimulai pada pukul 16.00 WIB ini berakhir pada pukul 18.00 WIB dengan antusiasme dari peserta mengenai ilmu speleologi dan ekosistem karst.

TEA
3 November 2017

Related Posts

Leave a Reply