Siapa yang tidak kenal karst Maros, yang membentang di Kabupaten Maros, Pangkep, dan sebagian di Kabupaten Barru? Kawasan karst ini terkenal dengan “tower karst”-nya, berupa tebing yang menantang dan bukit nan menjulang.
Karst yang di dalamnya mengalir sungai-sungai bawah tanah sepanjang puluhan kilometer ini menjadi tempat bergantung bagi banyak orang. Di kaki-kaki tebing, banyak muncul mata air yang digunakan sebagi sumber air bersih, air yang tidak pernah kering meskipun kemarau datang.
Karst Maros tidak hanya tentang pemandangan dan bentang alam dengan gua-guanya yang spektakuler, tetapi juga tentang tempat hidup berbagai jenis hewan, khususnya hewan-hewan gua yang tidak banyak dikenal orang.
Banyak spesies baru
Gua-gua yang ada di Karst Maros merupakan rumah bagi berbagai jenis hewan. Beberapa hewan yang ditemukan kebanyakan hewan yang belum dikenal sebelumnya bagi ilmu pengetahuan.
Dalam suatu penelusuran di salah satu gua di Kabupaten Barru, sekitar 10 meter dari mulut gua terdapat semacam kolam yang tergenang. Di salah satu sudut lorong gua, tampak dua ekor kepiting berwarna putih kecokelatan sedang berdiam di tepi kolam yang berlumpur. Dengan perlahan, saya coba mendekat untuk menangkap kepiting yang tampak tidak terganggu oleh kehadiran saya.
Dengan cepat, saya ulurkan tangan untuk menangkap kepiting yang terdekat, berhasil. Satu ekor saya masukkan ke dalam plastik yang berisi air. Di bagian agak dalam, satu ekor lagi bersiap untuk berlari. Namun terlambat, gerakan tangan saya dengan cepat menangkapnya.
Saya coba cari di sudut lorong gua yang lain, namun tak tampak seekor pun meskipun sudah saya coba lihat celah-celah sempit di tepi kolam.
Itulah kepiting Karstarma micropththalmus, yang merupakan spesies baru yang pertama kali dikenal dari gua di sekitar Karst Maros, Gua Marapettang, Barru. Kepiting yang pertama kali dikenalkan dalam marga Sesarmoides ini adalah salah satu spesies baru yang ditemukan di gua-gua di karst Maros.
Sebelumnya, pada 1980-an, tim penelusur gua dari Prancis juga banyak menemukan spesies baru. Sebut saja Eustra saripaensis, spesies kumbang khas gua yang hanya ditemukan di Gua Saripa. Selain itu, ada kepiting laba-laba palsu yang hidup di gua-gua dan mata air di sekitar Samanggi, Cancrocaeca xenomorpha, marga dan spesies baru yang hanya hidup di Maros.
Berbagai macam hewan yang ditemukan hampir semua merupakan spesies baru bahkan beberapa menyumbang sebagai marga baru yang hanya ditemukan di karst Maros.
Menemukan spesies baru berarti menemukan hewan yang belum dikenal dan ditemukan di tempat lain. Beberapa spesies baru memiliki sebaran yang sangat terbatas seperti karst Maros. Sebagian lainnya, spesies baru ini hanya ditemukan di satu gua. Ibaratnya, setiap gua memiliki spesiesnya masing-masing.
Salah satu spesies kumbang air khas gua, Speonoterus bedosae, hanya ditemukan di satu gua kecil di Mallawa. Kepiting gua Karstarma microphthalmus hingga saat ini hanya ditemukan di Gua Marapettang, tidak ada di gua lainnya. Beberapa udang gua, Marosina brevirostris dan Marosina longirostris juga ditemukan di gua-gua yang sangat terbatas.
Sangat langka dan terancam
Beberapa spesies baru ditemukan dalam jumlah yang sedikit dan tidak pernah lebih dari 10 ekor dalam satu lokasi. Kondisi ini membuat keberadaan spesies gua di karst Maros sangat rentan oleh gangguan dan sangat rawan punah.
Selain langka, mereka juga hidup di relung yang sangat spesifik, seperti genangan air dari tetesan air di atap gua. Spesies tertentu seperti kumbang gua ditemukan di bambu lapuk di dalam gua, dengan jumlah terkadang hanya satu ekor.
Karena langka dan rentan punah, diperlukan upaya nyata untuk mencegah hilangnya spesies-spesies khas gua. Hilangnya satu spesies dapat berarti hilangnya spesies tersebut di muka bumi.
Upaya yang dapat dilakukan misalnya dengan berbagi pengetahuan kepada para pegiat susur gua untuk seminimal mungkin menimbulkan gangguan di gua. Selain itu, kegiatan-kegiatan yang cenderung merusak seperti penambangan dapat dikendalikan oleh pihak terkait.
Pengembangan wisata gua yang serampangan juga dapat menjadi ancaman tersendiri bagi spesies-spesies yang langka dan unik ini. Sehingga setiap upaya pemanfaatan hendaknya memperhatikan keberadaan spesies gua untuk dijadikan pertimbangan pengelolaan.
(Cahyo Rahmadi, Peneliti Biota Gua LIPI)
Disalin dari www.nationalgeographic.co.id