Mengungkap surga tersembunyi kawasan karst sekitar TN Gunung Halimun salak

Panorama Gunung Bongkok (doc. Lawalata IPB)

Sejak tanggal 26 September hingga 6 Oktober 2020, Perkumpulan Mahasiswa Pecinta Alam Lawalata IPB melaksanakan eksplorasi kawasan karst di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) tepatnya di wilayah Gunung Bongkok. Setelah sukses melangsungkan audiensi kepada Balai TNGHS, tim ekspedisi segera melancong ke kantor pengelolaan Resort Gunung Bongkok yang terletak di Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Banten. Tim ekspedisi yang dikepalai oleh Beibi Widya Hutasoit (L-412) merupakan anggota Lawalata IPB yang masih aktif melakukan perkuliahan. Dengan adanya ekspedisi, perkuliahan tetap menjadi prioritas utama, cara menyiasatinya adalah membagi jadwal turun lapangan agar tidak mengganggu aktivitas perkuliahan.

Hasil eksplorasi tim Lawalata IPB dipublikasikan dalam Seminar Nasional Hasil Eksplorasi Kawasan Karst Lawalata IPB yang digelar secara daring melalui Zoom dan Live Youtube Lawalata IPB pada hari Sabtu, 17 Oktober 2020. Seminar tersebut dihadiri oleh peserta yang berasal dari kalangan pecinta alam, mahasiswa umum, peneliti gua, ataupun perwakilan dari taman nasional di seluruh Indonesia. Seminar inipun turut mengundang Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc selaku dosen dari Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB serta Ahmad Munawir, S.Hut., M.Si selaku Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

Seminar Nasional Hasil Eksplorasi Kawasan Karst Lawalata IPB

Berdasarkan pemaparan materi dari Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc atau yang akrab dipanggil Bu Ina, kawasan karst merupakan bentukan alam yang khas, terbentuk akibat proses hidrologi dan berfungsi sebagai pensuplai kandungan air. Kawasan karst memiliki nilai hidrologi, biologi, geologi, mineralogi, klimatologi, nilai budaya, nilai sosial ekonomi dan juga rekreasi. Penting untuk menjaga kawasan karst sebagai bentuk pelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati. Eksplorasi yang dilakukan oleh tim Lawalata IPB adalah dalam rangka untuk menganalisis serta mendokumentasikan potensi kawasan karst yang berada disekitar kawasan TNGHS. Menurut Kepala Balai TNGHS, Bapak Ahmad Munawir, potensi kawasan karst di TNGHS masih belum banyak dieksplorasi, hal tersebut merupakan peluang bagi teman-teman pecinta alam atau peneliti untuk melakukan penelitian tentang kawasan karst diwilayah TNGHS.

Eksplorasi Potensi Karst dan Gua Gunung Bongkok
Kegiatan yang dilakukan dalam eksplorasi kawasan karst Lawalata IPB antara lain adalah melakukan inventarisasi atau pendataan lokasi mulut gua, melakukan penelusuran serta pemetaan gua, serta melakukan inventarisasi biota gua yang ditemukan. Selama eksplorasi, tim berhasil memetakan 5 gua dan menemukan 57 titik yang berupa mulut gua, gua/aven, dolin dan air keluar. Lima gua yang dipetakan yaitu Gua Keramat, Gua Karang, Gua Guling, Gua Otjang, dan Gua Zonke. Titik lokasi persebaran mulut gua, gua/aven, dolin dan air tersebar di Desa Hariyang, Desa Pasir Reuih, Desa Jagaraksa, dan Desa Sobang, Kecamatan Sobang, Kebupaten Lebak, Banten.

Lokasi mulut gua yang ditelusuri oleh tim eksplorasi Lawalata IPB tersebar di 4 desa yang berbeda pada Kecamatan Sobang dan Kecamatan Muncang, Kabupaten Lebak, Banten. Metode inventarisasi persebaran gua diawali dengan melihat peta persebaran batuan gamping yang diperoleh dari Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM). Berdasarkan peta tersebut tim kembali mengkonfirmasi keberadaan mulut gua dengan bertanya kepada masyarakat sekitar kawasan dan kemudian memvalidasi data dengan melakukan survei pencarian gua. Alat yang digunakan adalah GPS dan kamera sebagai perekam titik koordinat lokasi temuan gua serta tipe bentuk gua. Tim berpencar dan menyisir bukit yang diduga memiliki potensi karst dengan melihat jenis batuan atau aliran air.

Penelusuran Gua Zonke (doc. Lawalata IPB)

Pemetaan gua dilakukan dengan metode maju (forward methode) dan memakai teknik bottom to top serta top to bottom. Penelusuran gua dilakukan dipagi hari dan selesai disiang atau sore hari, hal tersebut dilakukan karena mempertimbangkan keselamatan karena adanya faktor hujan yang umumnya datang di sore hari. Gua terpanjang yang berhasil dipetakan tim adalah Gua Keramat dengan panjang lorong sekitar 200 meter. Gua Keramat merupakan gua wisata yang dikelola oleh masyarakat Desa Hariyang. Gua terpendek yang dipetakan adalah Gua Zonke dengan panjang lorong 10 meter. Teknik SRT (single rope technique) digunakan untuk menelusuri Gua Zonke. Istilah “Zonke” diambil karena pada awal menemukan mulut gua, ekspektasi tim terhadap gua ini adalah menemukan sebuah ornamen, biota, atau melihat keindahan gua didalamnya, namun sayang ekspektasi tidak seindah realita.

Gua Otjang merupakan satu-satunya gua yang memiliki aliran air dan berhasil dipetakan tim dan didalam gua ini memiliki lorong sempit yang berisi air (sump) sehingga menjadi tantangan tersendiri ketika melewatinya. Beberapa ornamen yang ditemukan di dalam lorong gua adalah flowstone, pilar, stalaktit, stalakmit dan gordyn.

Selain melakukan penelusuran dan pemetaan gua, tim juga mengumpulkan data inventarisasi biota gua. Inventaisasi biota dilakukan pada setiap gua yang dipetakan. Hasil ekplorasi ini menunjukkan bahwa hampir 60% lebih biota yang ditemukan dalam gua adalah jangkrik, sisanya adalah dari jenis arthropoda seperti laba-laba, kalacemeti, dan kaki seribu. Di beberapa gua juga ditemukan kelelawar, tokek, cacing, bahkan siput.

Kawasan karst di wilayah Gunung Bongkok menyimpan surga tersembunyi yang memiliki nilai-nilai penting untuk kehidupan makhluk hidup, baik itu manusia, tumbuhan, dan juga hewan. Keberadaan kawasan karst perlu dijaga secara berkelanjutan. Karena batuan karst merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan, perlu waktu ratusan bahkan jutaan tahun untuk membentuk bentang alam atau ekosistem karst. Berdasarkan hasil eksplorasi ini diharapkan akan ada riset lebih lanjut terkait manajemen pengelolaan potensi kawasan karst disekitar Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Data dari eksplorasi ini dapat dijadikan data awal (baseline) yang berguna untuk masyarakat ataupun pengelola kawasan demi kelestarian surga tersembunyi, karst Gunung Bongkok.

Tulisan oleh:
Ziadatunnisa Ilmi Latifa (L-405) dan Beibi Widya Hutasoit (L-412)

Related Posts

Leave a Reply