Text
Tingkat Perkembangan dan Klasifikasi Tanah pada Toposekuen Daerah Karst Pagak, Malang Selatan
Toposekuen adalah sekuen perubahan sifat-sifat tanah karena perbedaan topografi. Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang adanya pengaruh toposekuen terhadap perkembangan dan klasifikasi tanah pada daerah karst, perlu adanya suatu pengkajian mengenai karakteristik tanah yang didasarkan atas sifat morfologi, fisik, dan kimianya, sehingga diperlukan adanya survei tanah untuk mengklasifikasikan jenis tanah dengan menggunakan sistem klasifikasi yang dikeluarkan oleh Soil Survey Staff USDA tahun 1999. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mempelajari tingkat perkembangan tanah pada toposekuen karst di Pagak, Malang Selatan; 2) Mempelajari pengaruh posisi dan kemiringan lereng terhadap klasifikasi tanah pada suatu toposekuen; 3) Mempelajari pengaruh tingkat erosi dan deposisi terhadap ketebalan horison tanah. Sedangkan hipotesis yang diajukan adalah: 1) Perbedaan posisi dan kemiringan lereng menyebabkan perbedaan tingkat perkembangan tanah; 2) Perbedaan posisi dan kemiringan lereng mempengaruhi klasifikasi tanah pada tingkat ordo; 3) Jika erosi lebih tinggi daripada deposisi, horison permukaan tanah akan mengalami penipisan. Penelitian ini dilaksanakan pada toposekuen karst Pagak, Malang Selatan yang terdiri dari 6 titik pengamatan pada berbagai posisi lereng yaitu PP1 (puncak), PLA1 (lereng atas), PLT1 dan PLT2 (lereng tengah), PLB1 (lereng bawah), dan yang terakhir adalah PLK1 (kaki lereng). Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode fisiografi dengan identifikasi, deskripsi, dan klasifikasi tanah pada masing-masing unit fisiografi hasil “overlay” dari peta topografi, geologi dan administrasi yang telah dikombinasikan dengan informasi lainnya. Setelah itu di pilih jalur rintisan atau transek pada toposekuen. Parameter pengamatan meliputi sifat morfologi yaitu pembentukan horison, warna, dan struktur. Untuk analisa sifat fisik yaitu tekstur, sedangkan sifat kimia tanah yang diamati adalah C- organik, kejenuhan basa (KB), kapasitas tukar kation (KTK), dan pH yang digunakan sebagai indikator tingkat perkembangan tanah. Dari analisa data dan pembahasan pada masing-masing titik pengamatan, pengaruh toposekuen dalam perkembangan tanah di daerah penelitian tidak terlalu signifikan baik puncak, lereng atas, lereng tengah, lereng bawah, dan kaki lereng. Hal ini ditandai dengan horison A dan B pada semua titik pengamatan. Perbedaan posisi dan kemiringan lereng mempengaruhi sifat morfologi tanah sehingga berpengaruh terhadap klasifikasi tanah pada daerah penelitian. Pada lereng puncak (PP1) dan lereng bawah (PLB1) diklasifikasikan kedalam Pachic Argiustolls, lereng tengah (PLT1) dan lereng atas (PLA1) adalah Typic Argiustolls, lereng tengah (PLT2) adalah Typic Haplustolls dan kaki lereng (PLK1) termasuk dalam Aquic Argiustolls. Perbedaan tingkat erosi dan deposisi, dapat mempengaruhi ketebalan horison tanah. Salah satunya dapat dilihat dari adanya penipisan horison permukaan yang terjadi pada titik PLT1, akibat limpasan permukaan yang pada akhirnya material tanah terangkut kemudian terdeposit ke lereng PLT2.
Tidak ada salinan data
Tidak tersedia versi lain