Citizens Science di Trenggalek sebagai ruang belajar bersama

Karst adalah bentukan permukaan bumi, umumnya dicirikan dengan adanya karren, lubang (sinkhole), sungai hilang, doline, aliran air/sungai bawah tanah, dan gua. Daerah ini dibentuk oleh pelarutan batuan, terutama batuan karbonat. Kawasan karst memiliki fungsi yang beragam termasuk ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya.

Karst sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Karena karst memiliki daya dukung yang rendah, tidak mudah diperbaiki jika sudah rusak. Kegiatan manusia yang mengancam kerusakan karst dalam skala besar adalah pertambangan dan pembalakan hutan. Kerusakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentang alam karst, hilangnya mata air, menurunnya keanekaragaman hayati, hilangnya nilai sejarah, banjir dan pencemaran air permukaan. Kerusakan ini juga memberikan dampak turunnya kualitas hidup masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan karst.

Karst di Kabupaten Trenggalek belum banyak dilakukan pendataan. Hal ini disadari oleh teman-teman di Trenggalek, namun belum mempunyai pengetahuan tentang karst dan cara mendatanya. Kemudian selama 2 hari pada tanggal 9-10 April 2016 Masyarakat Speleologi Indonesia mengadakan kegiatan Citizens Science – Kelas Speleologi Tematik di Panggul, Kabupaten Trenggalek.

Partisipatif, kata ini sangat terasa saat masing masing orang turut terlibat mempersiapkan ruangan di lantai 2 yang semi terbuka. Ruangan semi terbuka pun disulap semi gelap dengan tempelan-tempelan bekas spanduk, agar pancaran LCD Proyektor bisa digunakan optimal untuk belajar bersama tentang karst. 100 persen yang ikut acara ini adalah usia produktif dengan berbagai latar belakang. Seperti guru, petani, mahasiswa, peternak sampai teknisi bengkel spesialis motor odong odong. Totalnya ada 17 orang dari Trenggalek, Ponorogo, Tulungagung, Sidoarjo dan Malang.

Pada hari pertama materi-materi yang diulas adalah Krisis Lingkungan di Jawa Timur, Konsep pembangunan dan konservasi melalui wisata desa, Pengenalan Karstologi, Tata Cara Pendataan Karst. Sedangkan pada hari kedua diisi dengan sekolah lapang Interprestasi karstologi di Kentheng Ceme, Pendataan gua dan mata air, menghitung debit air dan cara mengisi kertas kerja.

“Pengetahuan yang didapatkan selama mengikuti kegiatan ini akan diteruskan kepada anak didik di sekolah. Saya akan mengajak para siswa belajar di lapangan langsung,” ujar Fitria Restiarini guru di SMA Negeri Panggul. Hal senada juga disampaikan oleh Relly Jeny yang juga seorang guru Madrasah Tsanawiyah di Panggul. Sigid Susilo guru di Dongko menambahkan, “Saya mendapatkan pengetahuan baru tentang karst dan peran pentingnya bagi kehidupan. Berharap ada kelanjutan setelah kegiatan ini.” Rere Christanto dari Walhi Jatim memberikan masukan tentang perlu diadakan lagi kegiatan-kegiatan kelas tematik sebagai ruang belajar bersama.

[AFG_gallery id=’4′]

Related Posts

1 Response
  1. Fredy Chandra

    Salute dengan kawan-kawan ‘Ngalek. Terus semangat dalam pengembangan ilmu speleologi di kawasan Karst Jawa Timur. Khususnya ‘Ngalek.

    Salam

Leave a Reply