Aktivitas Pertambangan Dikhawatirkan Memutus Distribusi Air di Kawasan Karst

(Semarang, 29/09/2015) Persidangan gugatan warga Pati terhadap PT. Sahabat Mulia Sakti (anak usaha PT. Indocement) yang berlangsung hari ini (29/09/2015) di PTUN Semarang menghadirkan Dr. Cahyo Rahmadi sebagai saksi ahli speleologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dalam kesaksiannya, Cahyo Rahmadi mengatakan penambangan di karst berpotensi memutus fungsi karst sebagai pendistribusi air melalui goa yang banyak terdapat di dalamnya. Putusnya distribusi air karst ini menyebabkan hilangnya mata air di kawasan tersebut dan sangat sulit memulihkan seperti sediakala.

Peneliti LIPI ini lebih lanjut menuturkan kawasan karst merupakan bentang alam yang terbentuk di kawasan batuan mudah larut seperti batugamping. Prosesnya memakan waktu puluhan ribu tahun. Kawasan karst memiliki jaringan goa yang berfungsi sebagai “pipa” air alami yang menghubungkan zona resapan, zona simpanan dan mata air yang penting bagi masyarakat di kawasan karst. Aktivitas tambang yang menghilangkan lapisan tanah pucuk dan lapisan epikarst (karst di permukaan) akan memutus jaringan air di bawah tanah dan akhirnya menyebabkan hilangnya fungsi karst sebagai akuifer air bersih bagi masyarakat sekitar.

Di persidangan, Cahyo Rahmadi memaparkan sulitnya memulihkan fungsi kawasan karst yang telah ditambang. Hilangnya tanah pucuk dan lapisan epikarst menyisakan batugamping yang sedikit memiliki lubang-lubang akibat pelarutan, akibatnya air hujan akan sulit terserap dan berpotensi menjadi aliran liar di permukaan. Cahyo menunjukkan hasil penelitian Geoteknologi LIPI yang membandingkan laju serap batugamping yang belum ditambang, batugamping yang sudah ditambang dan direklamasi serta batugamping yang ditambang tapi tidak direklamasi terhadap air hujan. Hasilnya, reklamasi yang dilakukan bahkan tidak cukup mampu mengembalikan separuh dari nilai laju serap batugamping yang telah ditambang dibanding batugamping asli yang belum ditambang. Penelitian Geoteknologi LIPI tersebut dilakukan di areal tambang batugamping Indocement di Cibinong.

Cahyo Rahmadi menjelaskan selain sebagai penangkap dan pendistribusi air, goa juga merupakan hunian bagi mahluk hidup yang penting bagi manusia, seperti kelelawar. Dalam penelitiannya pada tahun 2004 Cahyo Rahmadi menemukan spesies langka jenis udang laut di satu-satunya goa yang ada di kawasan karst Cibinong, padahal goa tersebut memiliki ketinggaian 700 meter di atas muka air laut (dipublikasikan oleh Majalah National Geographic Indonesia pada Agustus 2007). Cahyo menekankan gangguan pada keseimbangan komponen biotik dan abiotik akan mengganggu kehidupan manusia itu sendiri.

Peran Speleologi
Speleologi menurut Cahyo Rahmadi merupakan pengetahuan yang penting untuk mengungkap potensi kawasan karst. Pengetahuan yang masuk dan berkembang ke Indonesia akhir tahun 70-an ini terdiri dari berbagai macam disiplin pengetahuan pendukung, di antaranya adalah geologi dan biologi. Melalui investigasi speleologi, peran penting dan fungsi goa bisa diungkap untuk dipelajari lebih lanjut oleh disiplin ilmu lain. Investigasi speleologi terdiri dari kegiatan penelitian eksokarst (karst permukaan) dan endokarst (karst bawah permukaan) meliputi inventarisasi mulut goa, pemetaan goa, pengukuran debit air dan mempelajari biologi goa.

Perbedaan pandangan temuan speleologi menurut Cahyo Rahmadi sangat mungkin saja terjadi karena sifatnya yang multi disiplin pengetahuan. Solusinya, perbedaan tersebut harus dikembalikan dalam kaidah keilmuan, artinya harus memperhatikan fakta-fakta ilmiah. Pemanfaatan kawasan karst harus memperhatikan kaidah ilmah dan bijaksana, keberadaan goa, mata air dan biota sebaiknya dipandang sebagai fakta ilmiah.

Speleologi di Indonesia belum menjadi sebuah program studi di perguruan tinggi. Pengetahuan ini menyebar melalui jalur informal dan dipelajari di organisasi mahasiswa pecinta alam, organisasi keilmuan dan profesi serta kelompok periset atau peneliti yang berfokus pada studi karst karst dan goa. Beragam kelompok ini sementara berhimpun di komunitas Indonesian Caver Society, sebuah forum komunikasi berbasis internet yang diinisiasi Cahyo Rahmadi bersama beberapa rekan penelusur goa Indonesia. Namun demikian speleologi secara internasional memiliki lembaga payung yang bernama International Union of Speleology yang berkedudukan di Wina-Austria dan secara rutin melakukan kongres tahunan di negara-negara anggotanya.

Negara-negara di dunia secara umum menganut metodologi penelitian speleologi yang diperkenalkan oleh British of Cave Research Association (BCRA), sebuah lembaga riset yang berada di Inggris. Metodologi penelitian speleologi standart BCRA pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Sir McDonald pada tahun 1982 ketika Departemen Pekerjaan Umum RI saat itu bekerjasama dengan Kerajaan Inggris untuk memetakan kondisi hidrologi DI Yogyakarta, khususnya Kabupaten Gunungkidul yang selalu mengalami musibah kekeringan setiap tahun. Penelitian McDonald ini menghasilkan laporan tebal berjudul “Greater Yogyakarta Groundwater Resources Study”. Kabupaten Gunungkidul wilayah selatan terkenal dengan kawasan karst Gunungsewu yang baru-baru ini ditetapkan sebagai bagian dari jaringan geopark Internasional menyusul geopark Gunung Batur di Bali.

Kontak Person :
Gunritno (Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng-JMPPK), 081391285242, 081226330980
Cahyo Rahmadi (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-LIPI), 081310919413
Zaenal Arifin (Lembaga Bantuan Hukum-LBH Semarang), 081391282443

Related Posts

Leave a Reply